Orang Miskin Juga Perlu Handphone
Komunikasi di era modern seperti sekarang ini benar-benar telah melampaui sekat jarak dan waktu. Produk teknologi informasi bergerak seperti Telepon selular atau handphone adalah salah satu benda yang paling fenomenal di abad ini. Kehadiran nya mampu menghubungkan anda tanpa harus diam di satu tempat..Hand phone awal nya dianggap sebagai barang mewah, namun saat ini banyak juga di gunakan oleh rakyat kecil. Harganya kian terjangkau, terutama sejak masuknya handphone asal China. Tarif percakapan pun semakin murah, dengan pilihan nominal pulsa yang semakin beragam dan terjangkau. Tahun-tahun belakangan ini, keberadaanya tidak lagi dianggap sebagai barang mewah. Rakyat kecil dengan penghasilan pas-pasan pun sudah banyak yang menggunakannya. Baik untuk fungsi sosial maupun untuk menunjang aktivitas usaha mereka.
Mereka yang dulu rasanya “kurang pantas” memegang benda mahal seperti handphone, saat ini tampak piawai menggunakannya. Keberadaan benda yang dulu serasa begitu jauh untuk di jangkau , saat ini justru menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari mereka. Keberadaanya bukan bagian dari menjaga gengsi tapi memang benar-benar mereka butuhkan untuk menunjang usaha mereka. Inilah beberapa profesi orang-orang kecil yang saat ini memanfaatkan hiruk pikuknya gadget ajaib yang di sebut telepon selular.
Pemulung
Beberapa waktu lalu seorang Pemulung bertubuh dekil mengisi pulsa di toko ku. Gerobak besar berisi barang-barang rongsokan di parkir disisi jalan raya. Pulsa yang diisi memang tidak besar, hanya Rp. 5000 rupiah saja. Handphone nya pun buatan lawas, yang dulu pernah diberi julukan handphone sejuta umat. Dikeluarkan nya dengan hati-hati dari bungkus plastic putih yang tampak sudah kumal. “Takut kotor mas”, seru nya sambil tersenyum. Sesaat dia melihat pulsa yang masuk di layar monitornya. Akupun tertarik untuk mengobrol sejenak dengan nya. “Dipakai untuk telpon kemana saja pak,HP nya?” Tanya ku penasaran. Anu mas, saya pakai untuk ngecek harga barang rongsok seperti plastic, kardus, botol. Kalau harga sedang bagus, baru saya jual. Kalau harga sedang jatuh, mendingan saya timbun dulu. Akupun tersenyum mendengar nya, “Ngak kalah sama pialang saham di bursa efek Jakarta” ujar ku. Si bapak pun tersenyum. “lagian anak isteri saya juga di kampung semua mas,kalau ada apa-apa kan gampang, tinggal hubungin aja”, lanjut nya sambil berlalu pergi.
Tukang Ojek
Cerita seorang teman ku beberapa waktu yang lalu. Seorang tukang ojek menyodorkan nomor handphone kepadanya. “Mbak kalau perlu ojek bisa hubungi saya, mbak tinggal bilang saja mau di jemput dimana”, ujar tukang ojek. Temanku yang memang bekerja di bidang marketing sempat tertegun juga melihat inovasi yang dibuat oleh tukang ojek dalam menggaet pelangggan. Persaingan yang tinggi di usaha ojek rupanya juga melahirkan kreativita baru untuk mendekati pelanggan. Dengan layanan jemput penumpang di tempat, mereka berharap ada yang akan menjadi langganan tetap. Keberadaan handphone tentu sangat berguna bagi kemajuan usaha mereka.
Tukang Urut
Badan yang pegal-pegal setelah seharian bekerja, tentu perlu juga di relaksasi. Pijat atau urut tentu dapat mengembalikan kesegaran kita. Namun seringkali kita malas untuk beranjak pergi ke tempat tukang urut. Atau kalaupun ada tukang urut keliling seringkali jadwalnya tidak jelas. Saat ini tukang urut keliling tidak susah lagi mencarinya. Badan pegal,perlu di pijat, tinggal hubungi saja nomor handphone tukang urut yang bersangkutan. Sebentar saja dia akan datang kerumah. Kemajuan teknologi membuat jumlah pelanggan merekapun bertambah. Dengan nomor yang bisa di hubungi, jadwal pijat dari para klien nya dapat dengan mudah diatur.
Petani di Desa Terpencil
Marak nya pemakaian telepon selular bukan Cuma terjadi di kota-kota. Di kampung terpencil diatas gunung pun, handphone menjadi idola baru. Tak usah heran bila bapak-bapak tua dengan tangan kotor berlumpur kering terlihat asik mengobrol menggunakan handphone. Keterbatasan telepon kabel dalam menjangkua daerah-daerah pedalaman membuat penggunaan handphone menjadi andalan untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Meski kadang untuk mencari sinyal pun mereka harus pergi kedaerah yang lebih tinggi.
Untuk petani didesa-desa, informasi dari dunia luar terutama untuk harga komoditi pertanian dirasa sangat penting. Informasi ini akan di gunakan oleh petani untuk menentukan kapan sebaiknya panen di lakukan. Petani didesa saat ini selalu melakukan cek harga ke pasar-pasar induk. Petani-petani di pelosok Garut terbiasa menggunakan handphone untuk mengetahui harga di pasar induk Kramat Jati, Jakarta maupun di Gede Bage,Bandung. Bila harga dirasa cocok, tanaman baru di panen. Jika harga sedang jatuh, biasanya mereka menunda sementara waktu panen yang akan dilakukan. Aksi jual dan tahan di komoditas pertanian didaerah sepintas mirip dengan permainan saham. Diperlukan ketelitian dan timing yang tepat dalam menentukan penjualan. Panen yang tidak tepat menyebabkan harga jual yang murah. Bila sudah di panen, hasil pertanian seperti cabai cenderung mudah busuk. Lain hal nya bila cabe belum dipetik dari pohon.
Gadget seperti handphone, saat ini sudah dianggap menjadi bagian dari kebutuhan sosial dan bisnis. Peran sentral nya dalam menunjang komunikasi diantara pengguna nya mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Bukan Cuma orang kaya yang melek teknologi, orang miskin pun seharusnya tahu bagaimana suatu gadget dapat memberikan nilai tambah pada aktivitas nya sehari-hari. Nilai tambah yang didapat dari handphone tentu sangat tergantung dari pemakainya. Penggunaan handphone yang hanya untuk urusan ngobrol yang tidak penting tentu akan menjadi beban bagi masyarakat kecil. Sebaliknya bila digunakan untuk hal-hal yang mendukung usaha mereka, tentu akan mendatang kan nilai tambah yang lain.
Sumber Diperoleh Dari:http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/05/26/orang-miskin-juga-perlu-handphone/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar